Saturday, February 14, 2009

A mini announcement

.. that my official blog for the novel Ai is active.

http://aithenovel.multiply.com


Add me there :-)

thank you!

Saturday, August 23, 2008

Setelah setengah tahun dipublikasikan..

... karakter favorit pembaca Kenangan Abu-abu adalah...

Moses!

:) Freya dan Adrian mendapatkan skor terendah.
Wow. I never expected it. Maybe the victims are the most interesting somehow :D and they're more complicated..

Or maybe because it's Moses. Perfect, calm and amazing Moses.

Thursday, July 17, 2008

Review Kenangan Abu-abu oleh Sitta Karina

Saya sangat berterima kasih pada Sitta yang telah menyempatkan waktu untuk membaca dan mereview Kenangan Abu-abu di Cool Picks bulan Juli 2008 di website-nya.

Berikut review dari Sitta:

Ini kisah masa SMA yang jujur, tanpa basa-basi. Saya membacanya sambil termangu-mangu, memutar balik waktu dan memutuskan bahwa pada saat itu, persis seperti yang Winna Effendi deskripsikan, kadang kita tidak bisa memilih yang terbaik. Membaca Kenangan Abu-Abu seperti menelanjangi diri sendiri akan kesalahan masa remaja yang pernah kita buat: menghibur, instropektif dan pastinya inspiring.

Thanks ya Sitta :) Sukses juga dengan buku-bukumu, termasuk Circa yang terbaru.

Info lengkap bisa dilihat di:

http://www.sittakarina.com/coolscoop/pick.htm

Friday, June 13, 2008

Review Kenangan Abu-abu di Koran Pikiran Rakyat

Kenangan Abu-abu - Ketika Cinta tak Lagi Bisa Memilih

Penulis: Winna Efendi
Penerbit: PT Andal Krida Nusantara (AKOER)
Tebal: 185 halaman

BELIA setuju gak kalo masa-masa SMA itu adalah masa yang paling indah. Masa ketika kita banyak melakukan coba-coba, baik yang positif maupun yang negatif. Yang positif misalnya dalam bidang pelajaran, cobain bikin rumus baru misalnya, kan keren kalo kamu bisa bikin rumus. Kalo yang negatif biasanya anak-anak sma tuh pada coba-coba ngerokok, parahnya lagi nyobain narkoba. Gawat tuh!

Anyway, kalo coba-coba yang satu ini pasti Belia pada ngerasain juga. Ya kan? Masa SMA zaman-zamannya cinta monyet, senengnya pacaran mulu, serasa dunia milik bedua, yang lainnya ngontrak! Hehehe. Nah, buku ini bercerita tentang dunia percintaan di masa-masa SMA.

Freya adalah cewek yang berpenampilan biasa saja, sederhana, dan pendiam. Tidak eksis seperti teman-teman yang gaul atau funky. Namun, ia murid yang pintar sampai pernah pada saat orientasi, namanya dipanggil karena memiliki nilai tertinggi yang hampir sempurna.

Gia adalah cewek yang cukup populer di sekolah. Ia cewek tercantik di sekolahnya, bisa dibilang bunga sekolah. Ia juga menjabat sebagai sekretaris OSIS. Ketika rapat OSIS, para senior selalu membicarakannya agar rapat tidakmembosankan tentunya.

Moses, sang ketua Osis adalah seorang yang dibesarkan dikeluarga yang tenang, datar, tidak terbawa emosi, dan sangat stabil. Itu pun yang menjadi sifat Moses. Moses pun berdampingan dengan Freya saat orientasi. Namun, Moses punya nilai sedikit lebih rendah daripada Freya.

Adrian, cowok yang menjadi pujaan cewek-cewek di sekolah. Setiap hari, lokernya selalu penuh dengan surat-surat dari fansnya. Wajar, tubuhnya yang atletis dan ketampanan membuat ia banyak dipuja wanita. Ditambah lagi karena ia jagoan basket. Gimana cewek-cewek enggak kesengsem tuh.

Erik, teman Freya sejak SMP, sudah dianggap seperti saudara. Manusia aneh, kurus, jangkung, dengan kacamatanya yang jadul, dan selera humor yang jayus. Erik enggak suka Freya berpacaran dengan Moses, karena menurutnya Moses sangat kaku. Tapi, diem-diem Erik menyukai Gia, sampai pada akhirnya ia memberanikan diri nembak Gia. Padahal Gia kan cinta mati sama Adrian.

Well, ceritanya Freya dan Gia ini sahabatan, begitu pun Moses dan Adrian. Moses sang ketua Osis, jatuh cinta dengan murid perempuan yang duduk di sebelahnya, Freya. Entah apa yang membuat Moses jatuh hati pada Freya. Namun, Freya itu cewek yang menarik. Cerita cinta Gia dan Adrian pun sama. Mereka merupakan pasangan yang membuat iri pasangan lain di sekolah. Kemesraan mereka sangat diperlihatkan di sekolah. Tidak seperti Moses dan Freya yang sepertinya masih malu-malu.

Konflik terjadi ketika Ibunya Adrian meninggal, ia merasa tidak ada yang mengerti keadaannya. Gia sang kekasih, malah terus mengingatkan Adrian akan sosok ibunya dan itu membuatnya marah. Ada yang lain dengan Freya, Adrian merasa Freyalah satu-satunya orang yang mengerti dengan keadaanya.

Karena Adrian merasa hanya Freya yang mengerti, akhirnya ia seperti mendapatkan sosok cewek yang diidamkan. Ketika masih berstatus pacar Gia, Adrian melakukan pendekatan ke Freya. Freya pun merasakan hal yang sama. Ia merasa nyambung dengan Adrian, karena punya pengalaman yang sama ketika ditinggal ibunya. Dan Freya pun merasa beda bersama Adrian, ia mendapatkan apa yang tidak diberi oleh Moses.

Kira-kira, gimana nih endingnya? Penasaran kan? Well, bagusnya buku ini, penulis memakai sudut pandang orang pertama dari kelima karakter yang tadi diceritain. Jadi cerita mengalir dari setiap karakter, itu yang membuat belia enjoy baca buku ini. Enggak ribet! ***

Sharifa Ainie

Link: http://beta.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritadetail&id=23878

Tuesday, May 27, 2008

Kenangan Abu-Abu di Koran Pikiran Rakyat 27 Mei 2008

Thanks to Mbak Galuh, novel saya Kenangan Abu-Abu masuk review buku di kolom Belia di koran Pikiran Rakyat 27 Mei 2008 kemarin :D

Artikelnya belum sempat di-scan, dan di web www.pikiranrakyat.com belum bisa tercari, nanti kalau sudah ada saya taruh di sini :)

Monday, May 26, 2008

Review Kenangan Abu-abu dari Intan

Intan adalah salah satu network-ku di Multiply, senangnya ketika Intan masuk guestbook blogku dan komentar tentang Kenangan Abu-Abu..

Waktu liat cover dan penerbitnya...agak-agak skeptik. Belum lagi ceritanya tentang a bunch of anak SMU... Secara eike udah tuir begini kan bo.. hehehe

Tapi ternyata dari sekian banyak buku yang sedang gue baca, dan saat ini menumpuk di samping tempat tidur gue.... Buku ini yang paling gak bisa ditaro dan ngangenin dan akhirnya selesai gue baca duluan.

Dari kalimat pertama udah berhasil membangun aura melankolie gitu bacanya, apalagi pas udah masuk ke konfliknya, makin mengharu-biru dan menggemaskan. Ceritanya enak, ringan dibaca dan bikin kita rileks. Yang mengagetkan ini buku yang terasa pass banget nemenin gue melepas lelah setelah seharian kerja dan mengantar gue tidur dengan relaksnya setiap malam.

Yang paling bikin gue suka sama buku ini adalah gaya bahasanya yang sehari-hari banget dan gak dibuat-buat. Trus, semua karakternya kuat. Kejadiannya juga gak beda jauh sama kejadian di kehidupan nyata kita. Everyday life banget deh.

Untuk review penuhnya bisa mampir ke blog Intan di http://intange.multiply.com

Thanks, Intan!

Thursday, May 22, 2008

Hasil Bedah Buku di UIN (22 Mei 2008)

Tadi siang saya pergi ke kampus UIN yang lebar dan asri (ada banyak bazar untuk memperingati anniversary-nya dua hari yang lalu). Saya berhenti di lantai 2 gedung teater tempat fakultas Dakwah dan Komunikasi jurusan Jurnalistik (wow, dari dulu ingin sekali belajar jurnalisme). Di sana saya disambut beberapa teman di sana, Mbak Ummu selaku moderator yang sangat ramah dan humoris, lalu ada Mbak Rina dan masih banyak lagi.

Yang menjadi pembicara hari ini ada empat orang termasuk saya. Yang lain adalah Rachmania Arunita sebagai penulis, penulis skenario dan sutradara Lost in Love, juga Bapak Aries R Prima selaku editor AKOER dan Bapak Edi Effendi sang dosen jurnalistik yang eksentrik dan menyenangkan.

Acara dimulai dengan biodata masing-masing pembicara dan sinopsis singkat kedua buku yang akan dibahas. Lalu dilempar ke opini mengenai penerbitan dan penulisan buku oleh kedua senior kita, kemudian Bapak Edi (yang senang dipanggil Pak'E), bercerita sedikit mengenai pengalamannya menulis. Bapak Edi sudah berkecimpung sebagai sastrawan sekaligus penulis puisi dan cerpen di Kompas, dan mendapat beasiswa menulis di LA bersama Seno Gumira. Saya senang sekali karena mendapat banyak insights dan kritik mengenai novel saya.

Novel Lost in Love dikritik sebagai kekurangan deskripsi ruang dan waktu - baik tempat, karakter maupun detail. Seperti yang dibilang Windry di reviewnya. Saya juga mendengar curhat Nia sebagai sutradara dan juga dari sisi penulis - sangat kagum melihat gaya bicaranya yang rileks dan laid back, sedangkan saya gugup dan kacau hehehe.

Novel Kenangan Abu-abu sendiri dikritik karena pengembangan karakternya yang kurang konsisten, juga saya akui. Karakter Freya, Gia dan Moses agak serupa dalam cara penulisannya, sedangkan seharusnya tidak begitu. Walau begitu, Pak Edi memuji cara pembukaan novel yang cukup cerdas, walau tidak terbawa sampai akhir.

Setelah sesi tanya jawab dan curhat colongan Nia dan Pak Edi, kami foto bareng, tanda tangan novel dan ngobrol sebentar sebelum saya meluncur pulang. Fiuh, lega dan senang bisa ketemu teman-teman sekalian!